
Tes HIV di Puskesmas dengan Rapid Test 3 Reagen: Cara dan Tingkat Akurasi
Menelaah lebih lanjut tentang cara kerja tes HIV di Puskesmas dengan metode Rapid Test 3 Reagen dan tingkat akurasinya.
Tes CD4 adalah tes darah yang digunakan untuk mengukur jumlah sel T-CD4 dalam darah. Sel T-CD4 adalah jenis sel darah putih yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Pada orang yang terinfeksi HIV, jumlah sel T-CD4 akan menurun seiring berjalannya waktu. Hal ini disebabkan oleh virus HIV yang menyerang dan menghancurkan sel T-CD4.
Penurunan jumlah sel T-CD4 dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi oportunistik, yaitu infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak berbahaya bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal.
Sistem kekebalan melindungi tubuh dengan melawan kuman (seperti virus, bakteri atau jamur) dan infeksi. Sel darah putih adalah bagian penting dari sistem kekebalan tubuh. HIV menginfeksi dan menghancurkan sel darah putih yang disebut sel CD4 (kadang disebut Sel T atau, lebih khusus lagi, sel T CD4).
Ketika sistem kekebalan tubuh kehilangan sel CD4, sistem kekebalan tubuh menjadi lebih lemah dan kurang mampu melawan kuman. Ketika kehilangan sel CD4 dalam jumlah besar, orang yang hidup dengan HIV berisiko terkena infeksi oportunistik terkait AIDS, yang dapat menyebabkan penyakit serius atau kematian.
Jumlah sel CD4 dalam tubuh menunjukkan kesehatan sistem kekebalan tubuh. Jumlah CD4 yang normal adalah sekitar 500 hingga 1.500 sel/mm³ (sel per milimeter kubik darah). Satu milimeter kubik adalah jumlah yang sangat kecil, sekitar satu tetes.
Jumlah sel CD4 yang dimiliki seseorang – “jumlah CD4” – biasanya menurun seiring dengan memburuknya penyakit HIV.
Jumlah CD4 dapat membantu penyedia layanan kesehatan mengetahui apakah pengobatan dan rencana perawatan saat ini berhasil untuk Anda atau harus dilakukan tindakan lebih lanjut.
Tanpa pengobatan, HIV akan menginfeksi dan menghancurkan lebih banyak sel CD4. Ketika jumlah CD4 menurun, orang yang hidup dengan HIV menjadi lebih mungkin terkena Infeksi Oportunistik (IO), yaitu penyakit yang lebih sering terjadi dan lebih parah pada orang dengan HIV.
Jumlah CD4 dapat membantu penyedia layanan kesehatan mengetahui apakah pengobatan dan rencana perawatan saat ini berhasil atau perlu tindakan lain.
Beberapa organisasi dan institusi berbeda memberikan rekomendasi mengenai kapan memulai pengobatan HIV.
Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS (DHHS), WHO, EACS (European AIDS Clinical Society), BHIVA (British HIV Association), dan IAS-USA (International AIDS Society USA) semuanya merekomendasikan pengobatan HIV diterapkan kepada semua Orang Dengan HIV, berapa pun jumlah CD4 yang dimiliki.
Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan HIV yang memulai pengobatan segera setelah diagnosis, ketika jumlah CD4 mereka masih tinggi, memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit lain atau kematian.
Di antara pedoman pengobatan DHHS menyatakan:
Banyak pasien HIV akan memiliki jumlah CD4 yang meningkat ketika menjalani pengobatan yang efektif. Jika obat berhasil memperlambat atau menghentikan reproduksi HIV, sel CD4 baru yang terinfeksi akan berkurang dan jumlah CD4 akan meningkat. Namun, jumlah CD4 juga bisa turun lagi jika pasien berhenti memakai obat HIV, atau jika virus HIV menjadi kebal terhadap obat tersebut.
Selain jumlah viral load yang rendah atau undetectable (tidak terdeteksi), jumlah CD4 adalah alat penting untuk memantau kondisi perkembangan HIV dan seberapa baik obat HIV bekerja.
Baca juga: Berapa Lama Pengobatan ARV Sampai Viral Load Undetectable?
Pemeriksaan CD4 dilakukan untuk:
Ketika pasien pertama kali mulai perawatan HIV, pasien harus menjalani tes sel CD4 “dasar”. Tes dasar ini memberikan gambaran sistem kekebalan pasien saat pertama kali masuk perawatan. Tes selanjutnya dapat dibandingkan dengan hasil pertama ini untuk melihat perubahan seiring berjalannya waktu dan perkembangan pengobatan.
Tes CD4 dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pembuluh darah vena di lengan. Sampel darah kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Hasil pemeriksaan CD4 biasanya tersedia dalam waktu 1-2 hari.
pada tahap awal, pemeriksaan jumlah CD4 sebaiknya dilakukan setiap tiga hingga enam bulan, atau sesuai rekomendasi dokter.
Pasien memerlukan tes CD4 lebih sering jika jumlah CD4 rendah atau menurun, atau jika pasien sedang memulai atau mengganti jenis pengobatan.
Jika pasien sudah menggunakan pengobatan HIV selama lebih dari dua tahun, mengalami penurunan jumlah virus pada tes viral load, dan memiliki jumlah CD4 lebih dari 300, petugas layanan kesehatan mungkin akan menyarankan hanya perlu memeriksakan jumlah CD4 setahun sekali.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah CD4, termasuk waktu pengobatan, tingkat stres, siklus menstruasi, dan infeksi seperti flu.
Jika pasien memulai pengobatan ketika jumlah CD4 rendah (jumlah CD4 <200), jumlah CD4 mungkin memerlukan waktu lama untuk meningkat. Namun, jika viral load di bawah tingkat terdeteksi atau undetectable, maka CD4 umumnya akan meningkat dan virus tidak akan berkembang atau menyebar.
Karena HIV menginfeksi dan membunuh sel CD4, jumlah CD4 biasanya menurun seiring dengan memburuknya penyakit HIV. Mengonsumsi obat HIV yang efektif akan menghentikan penurunan jumlah CD4 dan meningkatkan kesehatan pada orang dengan HIV.
Jumlah CD4 merupakan indikator penting mengenai kekuatan sistem kekebalan tubuh. Mengidentifikasi tren jumlah CD4 dapat membantu pasien dan penyedia layanan kesehatan membuat keputusan tentang memulai dan mengubah pengobatan.
Mengunjungi penyedia layanan kesehatan secara teratur dan melakukan tes sel CD4 secara teratur—bersama dengan tes viral load dan tes darah lainnya untuk memeriksa efek samping pengobatan, adalah cara penting untuk menjaga kesehatan.*
Referensi
—
Ikuti artikel Konseling HIV di Google News, klik di Sini.
Menelaah lebih lanjut tentang cara kerja tes HIV di Puskesmas dengan metode Rapid Test 3 Reagen dan tingkat akurasinya.
Mendalami semua yang perlu Anda ketahui tentang tes CMIA, cara kerjanya hingga akurasi dan manfaatnya.