Mengenali Gejala Awal HIV yang Bisa Muncul Setelah Paparan Pertama

Memahami hal ini penting bagi setiap orang untuk mendeteksi gejala HIV sejak dini. Seperti apa gejala awal HIV setelah paparan pertama? Berikut penjelasannya.
5900ad1a Shutterstock 522715066 700x467

Daftar Isi

HIV adalah virus yang melemahkan daya tahan tubuh manusia. Seseorang yang terinfeksi HIV mungkin akan mengalami beberapa gejala tahap awal yang muncul terlebih dahulu dalam beberapa tahun pertama. Jika tidak segera dilakukan pengobatan, gejala atau ciri-ciri awal HIV ini bisa berlanjut menjadi penyakit AIDS.

Tahap awal infeksi HIV cukup mudah terabaikan karena kadang tak menampakkan gejala atau ciri yang nyata. Maka dari itu, penting bagi setiap orang untuk mendeteksi gejala HIV sejak dini agar bisa segera mendapatkan pengobatan yang tepat sesuai kondisinya.

Gejala awal HIV

Ketika virus HIV (human immunodeficiency virus) masuk ke dalam tubuh, ia tidak akan langsung merusak organ tubuh Anda.

Virus tersebut menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkannya secara bertahap sampai tubuh Anda mudah diserang penyakit, terutama infeksi.

Infeksi HIV umumnya dapat memakan waktu sekitar 2-15 tahun sampai benar-benar menampakkan gejala khas.

Pada tahap awal, gejala atau ciri-ciri HIV biasanya baru mulai muncul paling lambat 1-2 bulan setelah virus masuk ke dalam tubuh.

Bahkan menurut HIV.gov, gejala HIV tahap awal sudah dapat terlihat sangat dini yakni sekitar 2 minggu setelah virus menginfeksi tubuh.

Ciri-ciri HIV di awal mula masa inkubasi virus umumnya terlihat mirip seperti gejala flu umum meliputi:

  • Demam HIV (biasanya lebih tinggi dari demam biasa; bahkan mungkin disertai dengan sensasi meriang yang hebat.
  • Sakit kepala.
  • Pasien HIV kelelahan terus menerus.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Sakit tenggorokan.
  • Ruam kulit HIV.
  • Nyeri pada otot dan sendi.
  • Luka pada mulut.
  • Luka pada organ intim.
  • Sering berkeringat di malam hari.
  • Diare pada pasien HIV.

Namun, tidak semua orang akan menunjukkan gejala HIV di awal masa penyakitnya. Ada beberapa orang yang justru tidak menunjukkan gejala sama sekali sejak awal meski ternyata terinfeksi.

Itu sebabnya, setiap orang yang berisiko tinggi tertular dan menularkan virus HIV wajib menjalani tes HIV.

Gejala awal AIDS

Sebenarnya, Anda dapat terkena HIV dan AIDS sekaligus. Namun, tidak semua orang dengan HIV otomatis mengalami AIDS di kemudian hari.

Kebanyakan penderita HIV bisa hidup selama bertahun-bertahun lamanya tanpa mengalami AIDS. Sebaliknya, Anda yang terdiagnosis positif AIDS sudah pasti memiliki infeksi HIV.

Peluang seorang pengidap HIV untuk mengalami AIDS dapat terbuka lebar jika infeksinya dibiarkan tanpa pengobatan yang tepat.

Lama-lama, infeksi HIV bisa berkembang menjadi AIDS yang merupakan stadium akhir dari HIV. Gejala awal AIDS yang muncul dapat berbeda-beda pada masing-masing individu.

Biasanya, berbagai macam infeksi serius mulai menyerang penderita AIDS karena sistem imun pada fase ini sudah sangat lemah.

Beberapa gejala awal AIDS yang umum terlihat pada penderita HIV stadium akhir adalah:

  • Penurunan berat badan yang cepat dan tidak direncanakan.
  • Demam yang turun naik atau hilang timbul.
  • Keringat berlebih karena HIV, terutama di malam hari.
  • Merasa sangat lelah padahal tidak melakukan aktivitas berat.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening yang berkepanjangan (biasanya kelenjar di ketiak, selangkangan, atau leher).
  • Diare yang berlangsung selama lebih dari seminggu/
  • Muncul luka di mulut, anus, dan organ genital/
  • Mengalami pneumonia.
  • Timbul ruam atau bisul berwarna kemerahan, cokelat, atau keunguan di bawah kulit atau di dalam mulut, hidung, bahkan kelopak mata.
  • Gangguan saraf seperti kehilangan ingatan, depresi, dan lain-lain.
  • Pelvic Inflammatory Disease atau radang panggul. Peradangan ini menyerang bagian reproduksi wanita seperti rahim, leher rahim, tuba fallopi, dan indung telur.
  • Perubahan terhadap siklus haid, frekuensinya jadi lebih sering atau jarang, darah yang keluar sangat banyak, hingga mengalami amenorrhea (tidak haid) selama lebih dari 90 hari.

Fase-fase infeksi HIV

Masing-masing gejala HIV dan AIDS di tahap awal bisa berbeda atau berkaitan dengan ciri penyakit infeksi yang diderita oleh orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Ciri-ciri awal HIV dapat berubah menjadi lebih parah seiring dengan perkembangan infeksi.

Jenis penyakit infeksi yang merupakan komplikasi HIV misalnya TBC, herpes simpleks (genital), kanker serviks invasif, hingga ensefalopati.

Gejala awal HIV akan berkembang menjadi gejala AIDS setelah melalui stadium infeksi HIV, seperti:

1. Fase pertama HIV

Gejala HIV tahap awal dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Periode singkat ini disebut infeksi akut yakni infeksi HIV primer atau dikenal juga dengan sindrom retroviral akut.

Jika Anda menjalani tes HIV, infeksi mungkin tidak akan terbaca pada hasil tes. Hal ini tentu berbahaya karena penderita yang sebenarnya terinfeksi tetap dapat menyebarkan virus ke orang lain tanpa mengetahui bahwa dirinya positif HIV.

Pada tahap ini, kebanyakan orang mengalami gejala mirip flu. Gejala atau ciri-ciri HIV tahap awal yang ditunjukkan juga sering kali mirip dengan infeksi saluran cerna atau saluran pernapasan.

2. Fase kedua HIV

Fase kedua adalah tahap laten klinis atau infeksi HIV kronis. Pada saat memasuki periode laten, penderita HIV bisa jadi tidak merasakan gejala apapun. Virus HIV sebenarnya masih aktif, tetapi sangat lamban bereproduksi. Itulah mengapa Anda bisa saja tidak mengalami gejala awal HIV apapun saat virus berkembang.

Periode laten ini bisa bertahan satu dekade (10 tahun) atau lebih tanpa adanya ciri-ciri awal HIV sama sekali. Tahap inilah yang patut diwaspadai karena virus akan terus berkembang tanpa disadari. Meskipun berada dalam periode laten tanpa gejala yang muncul, penderita HIV berisiko untuk menularkan virus kepada orang lain. Ini karena sistem kekebalan tubuh masih mampu mengontrol aktivitas virus HIV, tetapi tidak dapat menghilangkan virus sepenuhnya.

Bagi orang yang terinfeksi virus HIV tetapi tidak minum obat untuk mengontrol gejala dan perkembangan penyakit, periode laten ini dapat berlangsung lebih lama maupun lebih cepat. Sementara jika rutin minum obat, keberadaan virus di dalam tubuh bisa bertahan cukup lama hingga beberapa tahun.

Selain itu, bila Anda minum obat secara teratur dan memiliki kadar virus yang sangat rendah di dalam tubuh, Anda cenderung tidak akan menularkan virus HIV kepada orang lain.

Sebaliknya, jika Anda tidak minum obat sama sekali, peluang untuk menularkan virus HIV kepada orang lain menjadi lebih besar.

3. Fase terakhir HIV

Fase terakhir HIV adalah AIDS. Pada fase akhir ini, infeksi HIV pada tubuh menyebabkan sistem imun mengalami kerusakan parah dan rentan mengalami infeksi oportunistik.

Infeksi oportunistik adalah infeksi yang menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Ketika HIV sudah berkembang menjadi AIDS, gejala awal HIV AIDS seperti mual, muntah, kelelahan, dan demam baru bisa terlihat.

Selain itu, gejala seperti penurunan berat badan, infeksi kuku, sakit kepala, serta sering berkeringat di malam hari juga menandai tahap awal AIDS.

Seberapa penting melakukan tes HIV?

Diagnosis HIV dan AIDS sendiri tidak dapat dilakukan hanya dengan mengamati gejala yang muncul. Perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah seseorang benar-benar menderita HIV/AIDS atau tidak.
Jika gejala awal HIV dan AIDS ini terjadi pada Anda, sebaiknya jangan panik. Segera periksakan diri ke dokter terutama jika Anda berada dalam golongan yang rentan mengalami HIV dan AIDS.

Menjalani tes HIV sangat penting karena orang yang terinfeksi HIV tetapi tidak menunjukkan gejala awal, mungkin tidak menyadari bahwa dia sudah terinfeksi.

Orang tersebut akan dengan mudah menularkan virusnya pada orang lain, misalnya melalui darah dan cairan tubuh saat berhubungan seksual.

Melakukan tes darah HIV dan tes untuk penyakit kelamin lainnya merupakan satu-satunya cara untuk menentukan apakah Anda positif terinfeksi atau tidak.

Jika Anda berisiko terinfeksi apalagi sampai mengalami gejala awal HIV, segera lakukan tes untuk melindungi diri dan orang lain dari penyakit menular seksual.

Didiagnosis HIV bukanlah “hukuman mati”

Penderita HIV memerlukan pengobatan dengan obat antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV dalam tubuh agar tidak masuk fase akhir, yakni AIDS.

Obat-obatan HIV yang diberikan di awal terjadinya infeksi bisa membantu mengendalikan hingga memperlambat perkembangan virus.

Selain mengendalikan gejala awal HIV, pengobatan ini terbukti berperan dalam pencegahan HIV karena menghentikan perkembangan virus secara bertahap. Dengan begitu, jumlah virus dalam darah akan menurun.

Penting juga untuk disadari bahwa penurunan jumlah virus dengan terapi ARV harus disertai dengan perubahan perilaku.

Ambil contohnya, Anda perlu menghentikan penggunaan jarum suntik secara bersamaan serta melakukan hubungan seks yang sehat, misalnya dengan menggunakan kondom.

Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala awal HIV, segera konsultasikan ke dokter.

Anda tak perlu panik ketika gejala awal HIV muncul karena dengan deteksi dini dan pengobatan ARV, virus HIV masih bisa dikendalikan.

Sumber: hellosehat.com

Share artikel

Konsultasikan mengenai HIV dengan konselor terlatih Ira Fatmawati, S.Kep melalui link di bawah ini.

Konselor HIV (Ira Fatmawati, S.Kep.)
Dokumen 17
Sertifikat Konselor HIV
Artikel terkait

Copyright (2021), konselinghiv.com, Hak Cipta Dilindungi Undang-undang.