PrEP: Pilihan Pencegahan HIV untuk Orang Berisiko Tinggi

T805284345 G

PrEP adalah singkatan dari Pre-Exposure Prophylaxis, yaitu upaya pencegahan penularan HIV melalui obat yang diminum setiap hari oleh orang yang tidak terinfeksi HIV untuk mencegah mereka tertular HIV dari seks atau penggunaan narkoba suntik. Ketika diminum sesuai resep, PrEP sangat efektif dalam mencegah HIV.

Beberapa Fakta Mengenai PrEP

Berikut adalah beberapa fakta penting tentang PrEP:

  • PrEP sangat efektif dalam mencegah HIV. Ketika diminum sesuai resep, PrEP dapat mengurangi risiko penularan HIV dari seks oleh pria gay dan biseksual hingga 99% dan dari penggunaan narkoba suntik hingga 74%.
  • PrEP mudah didapat melalui resep dokter atau dari program PrEP pemerintah, di mana pemerintah Indonesia telah merilis program percobaan distribusi PrEP secara gratis sejak 2021.

Jenis Obat yang Termasuk dalam PrEP

Ada beberapa pilihan obat yang dapat digunakan sebagai PrEP. Pada September 2015, WHO merekomendasikan bahwa orang yang berisiko tinggi terkena HIV dapat mengkonsumsi tenofovir disoproxil fumarate (TDF) sebagai pilihan pencegahan. PrEP tersedia dalam dua bentuk:

  • Pil PrEP: kombinasi dua obat antiretroviral (ARV), yaitu Tenofovir Disoproxil Fumarate (TDF) dan Emtricitabine (FTC). Produk PrEP berbentuk pil yang disetujui, di antaranya Truvada. Truvada merupakan obat yang memiliki kombinasi bahan aktif Emtricitabine dan Tenofovir Disoproxil Fumarate. 
  • Suntikan PrEP: melalui pemberian suntikan obat yang disebut cabotegravir (CAB). Diberikan sesuai rekomendasi WHO tahun 2022, bahwa cabotegravir suntik jangka panjang dapat digunakan untuk pencegahan bagi orang yang berisiko tinggi terkena HIV.

Siapa yang seharusnya menjalani PrEP?

PrEP adalah untuk orang yang tidak memiliki HIV tetapi berisiko tinggi terkena HIV melalui hubungan seksual atau penggunaan obat suntik.

Dokter dan tenaga medis profesional akan menyarankan untuk mengambil PrEP jika:

  1. Memiliki pasangan seksual yang mengidap HIV.
  2. Berhubungan seks tanpa menggunakan kondom.
  3. Telah didiagnosis dengan penyakit menular seksual dalam enam bulan terakhir.
  4. Berbagi suntikan dengan seseorang yang memiliki HIV.
  5. Menyuntikkan obat dengan berbagi jarum.

Cara Kerja PrEP

PrEP bekerja dengan menghentikan virus berkembang biak di dalam tubuh. Caranya melalui konsumsi obat ARV seperti telah disebutkan jenis obatnya di atas, dengan aturan:

  • Untuk seks vaginal: setidaknya satu pil pada 24 jam sebelum dan satu pil pada 24 jam setelah berhubungan seks, merupakan bentuk pemberian dosis alternatif di beberapa negara. 
  • Untuk seks anal atau bagi laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki (LSL): dengan pola 2-1-1, yaitu dua tablet PrEP diminum antara 2 dan 24 jam sebelum seseorang berencana melakukan hubungan seks; 24 jam kemudian, PrEP diminum lagi sebanyak 1 tablet. Setelah 24 jam berikutnya, PrEP diminum satu tablet lagi. Siklus ini diulangi lagi saat berencana melakukan hubungan seks lagi.
  • Dalam keadaan darurat, yaitu jika PrEP di atas tidak dapat dilakukan, maka terdapat juga alternatif PEP (Post Exposure Prophylaxis), yaitu dengan meminum obat ARV paling lambat dalam waktu 72 jam (3 hari) setelah berhubungan seksual berisiko dan dikonsumsi setiap hari selama 28 hari. Tujuannya adalah mencegah infeksi HIV.  

Apakah Masih Diperlukan Penggunaan Kondom?

Pil PrEP digunakan oleh orang tanpa HIV yang beratnya minimal 77 pon (35 kg) dan berisiko terkena HIV dari hubungan seksual atau penggunaan obat suntik.

Meskipun telah menggunakan PrEP, menggunakan metode lain tetap diperlukan, seperti penggunaan kondom, untuk upaya pencegahan.

Setiap 3 bulan selama mengonsumsi obat PrEP, pasien harus diperiksa HIV dan memiliki hasil tes negatif. Jika telah terpapar HIV atau menunjukkan gejala kasus akut, maka pasien harus menunggu untuk memastikan hasil tes negatif sebelum memulai kembali obat PrEP. Penting untuk menunggu hasil tes negatif karena PrEP tidak dapat secara efektif mengobati HIV sendirian, dan resistensi obat dapat berkembang jika PrEP diambil selama kasus HIV.

Konseling pencegahan adalah bagian penting lainnya dari PrEP. Sebelum memulai terapi PrEP, seorang profesional kesehatan dapat membantu dalam memahami lebih baik peluang terkena HIV, metode pencegahan, dan mengapa PrEP dapat dipilih sebagai upaya pencegahan.

Efek Samping PrEP 

PrEP adalah obat yang aman. Meskipun demikian, terdapat beberapa Efek samping PrEP yang paling umum terjadi, yaitu mual, muntah, diare, kelelahan, dan sakit kepala. Efek samping ini biasanya ringan dan hilang dengan sendirinya.

Jika mengalami efek samping yang parah atau tidak hilang, maka segera konsultasi dokter.

Ada juga beberapa efek samping jangka panjang yang mungkin terjadi saat melakukan PrEP dalam jangka waktu yang lama. Salah satunya adalah kesehatan hati. Meskipun hal ini jarang terjadi, namun perlu diwaspadai.

Jika mendapati efek kulit atau bagian putih mata menjadi kuning, urine berwarna gelap seperti teh, tinja berwarna terang atau hilangnya nafsu makan selama beberapa hari atau lebih lama, maka harus segera memberitahu dokter yang meresepkan obat.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua orang akan mengalami efek samping yang sama. Banyak orang tidak mengalami efek samping sama sekali.

Kritik atas PrEP

Penggunaan PrEP juga mendapat kritik dari sejumlah pandangan, bahwa hal ini membuat orang menjadi sangat permisif dalam melakukan hubungan seksual yang beresiko, dikarenakan terdapat obat untuk mencegah tertular virus HIV. Obat yang paling aman, tentu saja, adalah tidak melakukan aktivitas seksual yang beresiko dengan setia pada pasangan.*

Ikuti artikel Konseling HIV di Google News, klik di Sini.

Bagikan artikel

Konsultasikan mengenai IMS dan HIV dengan konselor terlatih Ira Fatmawati, S.Kep melalui link di bawah ini.

Konselor HIV (Ira Fatmawati, S.Kep.)
Dokumen 17
Sertifikat Konselor HIV
Artikel terbaru

Copyright (2021), konselinghiv.com, Hak Cipta Dilindungi Undang-undang.